Udara dingin kota Magelang memang cocok untuk menikmati hidangan yang hangat-hangat, seperti sop sumsum misalnya.
Slurpp... ada sensasi sendiri saat menyedot sumsum yang lezat! Apalagi yang satu ini disajikan dengan nasi gurih yang kaya rempah. Coba yuk!
Sejak siang hari hujan deras mengguyur Magelang. Udara dingin semakin terasa menusuk tulang malam itu. Perut pun lebih cepat mengisyaratkan keroncongan. Saya yang berada di 'kota hujan' itu berusaha mencari menu khas Magelang yang bisa mengisi perut sekaligus menghangatkan badan.
Setahu saya di kota ini ada sop senerek yang terkenal. Tapi menurut karyawan hotel yang saya tanyai, warung senerek hanya buka siang hari. Ia menganjurkan untuk mencoba bakmi godog Magelangan. Saya kurang tertarik oleh tawaran itu, karena sudah sering menikmati bakmi Jawa yang menjamur di Jakarta.
Saat itu keponakan saya menginformasikan tentang Sop Sumsum yang tertulis di internet. Setelah membacanya kami pun tertarik untuk memburu menu baru itu. Kami bertiga: saya, suami, dan keponakan, bergerak menuju warung makan yang terletak di daerah Panca Arga, Magelang Selatan.
Ternyata tidak susah menjumpai warung baru itu. Spanduk merah berbalut lampu hias bertuiskan 'Nasi Gurih dan Sop Sumsum' dengan jelas terpampang, tidak jauh dari perempatan Pakelan. Warung sederhana itu tidak terlalu besar. Ada 3 meja makan untuk 4 orang di warung yang menempati carport rumah.
Dua meja sudah terisi tamu. Sepasang remaja dan satu keluarga seperti kami. Setelah membaca menu, kami tertarik untuk memesan 2 porsi Sop Sumsum, 1 nasi putih, dan 2 Nasi Gurih yang dianggap special di warung itu.
"Sebenarnya sopnya banyak jenisnya mbak. Ada daging, lidah, iga, kaki. Tapi yang kami populerkan sop sumsumnya. Karena di Magelang makanan seperti ini tergolong baru dan unik dan sebagian besar konsumen memang mencoba sop ini" kata Mbak Antie (30 th), si pemilik warung yang baru membuka warung ini sekitar seminggu lalu.
Yang tersaji lebih dulu adalah 2 porsi nasi gurih, dengan lauk ayam, empal, dan tempe/tahu. "Sopnya memang agak lama. Karena kami memasak lagi kuahnya biar terasa lebih segar," kata Mbak Antie kepada saya.
Sambil menunggu Sop Sumsum dihidangkan, kami tergerak untuk mencoba nasi gurih yang terhidang. Suamiku langsung mengangkat jempol mengisyaratkan enaknya nasi gurih itu. Saya yang sesungguhnya kebelet pada sop sumsum yang hangat, penasaran juga oleh pujian suami. Sesuap nasi yang kuambil dari piring suami saya coba bersama sambel pete yang mengiringi nasi gurih itu.
Jempol suami saya itu ternyata memang bukan basa-basi. Pada suapan pertama saja gurihnya nasi ini begitu terasa. "Yang juga istimewa, sambelnya itu lho... nikmat dan nendang banget. Mungkin karena campuran petenya yang ikut menggugah selera," kata suamiku.
Selain sambel pete, saya menduga daun kemangi yang terlihat di sela-sela nasi ikut menambah wanginya nasi. Tapi darimana rasa gurih yang menggigit itu ? Apa sama dengan nasi uduk khas Jakarta?
"Tidak sama dengan nasi uduk yang menggunakan santan. Nasi Gurih ini hanya perpaduan nasi dan rempah-rempah, ditambah ikan jambal roti yang dihaluskan," jelas Mbak Antie kepada saya.
Tak terasa, kurang dari 10 menit dua porsi Nasi Gurih itu tandas kami santap bertiga. Jadi ketika 2 porsi Sop Sumsumnya tersaji hanya ditemani 1 porsi nasi putih. Seperti halnya nasi Gurih, suapan pertama kuah sop sumsum langsung menanamkan kesan tersendiri. Segar dan tidak eneg seperti Sop Kaki Betawi yang pakai santan dan minyak samin.
Saya merasakan perpaduan kayu manis, bunga pala, dan daun bawang yang kuat, sehingga kuah bening itu terasa segar. Apalagi disajikan dalam kondisi panas, sehingga kesegaran itu makin terasa. Dan yang pasti kehangatan kuahnya ikut menghangatkan badan di tengah dingin udara Magelang yang mencapai puncaknya di bulan Agustus-September ini.
Sumsumnya sendiri tersaji dalam potongan tulang utuh yang terlihat memenuhi mangkok lumayan besar. Untuk mendapatkan sumsum itu perlu perjuangan tersendiri. Kami harus mencocok-cocoknya dengan sedotan plastic, dan kemudian menghisapnya. Sluurp... nikmat!
Ada sensasi tersendiri ketika sumsum yang tidak banyak jumlahnya itu berhasil tuntas kita sedot. Selain sumsum, pada tulang tulang itu juga masih nempel sisa-sisa daging yang gurih dan kenyal-kenyal empuk. Kembali sensasi 'sluurp... nikmat' itu kami rasakan ketika sisa-sisa daging itu memasuki mulut.
Si penjual membuka rahasia, ternyata rahasia empuknya adalah dengan memasak tulang-tulang itu pada panci presto dalam waktu cukup lama. Namun, bagi kami yang mengesankan memang kuah sopnya. "Susah dicari bandingnya," puji suamiku yang berpengalaman mencoba berbagai kuliner di tanah air.
Berapa harga yang harus kami bayar untuk kenikmatan ini? Cukup Rp 55.000,00 saja. Asal tahu saja seporsi Nasi Gurih dihargai Rp 5000, sedang kan Sop Sumsum seharga Rp 10.000. Lauk bervariasi, tahu/tempe Rp 1000, ayam goreng Rp 5000, dan empal Rp 6000.
Buat Anda pecinta kuliner yang kebetulan melintas Magelang, tak ada salahnya mencicipi menu yang bisa jadi ikon kuliner Magelang ini.
Warung Makan 'A&A'
Jl. Sarwo Edi Wibowo 112, Panca Arga
Magelang Selatan
Tlp. 0293-311682/5820979
(detikfood.com)